Sabtu, 05 September 2009

MAKANAN TERKUTUK (TRUE STORY ?)


Beberapa waktu lalu saya mendapat email forward dari beberapa orang yang berisi tentang suatu hal yang sangat mencengangkan, awalnya saya kira ini hanyalah spam pekerjaan orang iseng yang membubuhi virus dalam emailnya, tetapi setelah melihat foto yang disertakan dalam email tersebut, saya jadi ragu...apakah cerita ini benar adanya????


akhirnya saya kembalikan pada pembaca sekalian, mengenai benar tidaknya berita ini, karena sumber beritanya tidak tercantum dengan jelas...

Cerita ini ditulis oleh seorang wartawan di Taiwan sehubungan dengan adanya gosip mengenai makanan penambah kekuatan dan stamina yang dibuat dari sari/kaldu janin manusia. 'Healthy Soup' yang dipercaya dapat mendapat stamina dan keperkasaan pria terbuat dari janin bayi manusia berumur 6 - 8 bulan dapat dibeli perporsi seharga 3000-4000 RMB(mata uang setempat). Salah seorang pengusaha pemilik pabrik di daerah Tong Wan, Taiwan mengaku sebagai pengkonsumsi tetap 'Healthy Soup'. Sebagai hasilnya, pria berusia 62 tahun menjelaskan khasiat 'Healthy Soup' ini mempertahankan kemampuannya untuk dapat berhubungan seks beberapa kali dalam semalam. Penulis diajak oleh pengusaha tersebut di atas ke salah satu restoran yang menyediakan 'Healthy Soup' di kota Fu San - Canton dan diperkenalkan kepada juru masak restoran tersebut. Kata sandi untuk 'Healthy Soup' adalah BAIKUT.

Juru masak restoran menyatakan jenis makanan tersebut tidak mudah di dapat karena mereka tidak tersedia 'ready stock'. Ditambahkan pula bahwa makanan tersebut harus disajikan secara fresh, bukan frozen. Tetapi kalau berminat, mereka menyediakan ari-ari bayi (plasenta) yang dipercaya dapat meningkatkan gairah seksual dan juga obat awet muda. Juru masak restoran tersebut mengatakan jika memang menginginkan Healthy Soup', dia menganjurkan untuk datang ke sebuah desa di luar kota di mana ada sepasang suami istri yang istrinya sedang mengandung 8 bulan. Diceritakan pula bahwa si istri sebelumnya sudah pernah mengandung 2 kali, tetapi kedua anaknya lahir dengan jenis kelamin perempuan. Jika kali ini lahir perempuan lagi, maka 'Healthy Soup' dapat didapat dengan waktu dekat. Cara pembuatan 'Healthy Soup', seperti yang diceritakan oleh jurnalis yang meliput.

kisah ini adalah sebagai berikut:

janin yang berumur beberapa bulan, ditambah Pachan, Tongseng, Tongkui, Keichi, Jahe, daging ayam dan Baikut, di tim selama 8 jam, setelah itu dimasak selayaknya memasak sup. Beberapa hari kemudian seorang sumber menghubungi penulis untuk meberitahukan bahwa di Thaisan ada restoran yang sudah mempunyai stok untuk 'Healthy Soup'. Bersama sang pengusaha, penulis dan fotografer pergi ke restoran di Thaisan untuk bertemu dengan juru masak restoran tersebut yang tanpa membuang waktu langsung mengajak rombongan untuk tour ke dapur. Di atas papan potong tampak janin tak bernyawa itu tidak lebih besar dari seekor kucing. Sang juru masak menjelaskan bahwa janin tersebut baru berusia5 bulan. Tidak dijelaskan berapa harga belinya, yang pasti itu tergantung besar-kecil, hidup-mati janin tersebut dan sebagainya.

Kali ini, harga per porsi 'Healthy Soup' 3,500 RMB karena stok sedang sulit untuk didapat. Sambil mempersiapkan pesanan kami,dengan terbuka juru masak tersebut menerangkan bahwa janin yang keguguran atau di gugurkan, biasanya mati, dapat dibeli hanya dengan beberapa ratus RMB saja, sedang kalau dekat tanggal kelahiran dan masih hidup, bisa semahal 2.000 RMB. Urusan bayi itu diserahkan ke restoran dalam keadaan hidupatau mati, tidak ada yg mengetahu Setelah selesai, 'Healthy Soup' disajikan panas di atas meja, penulis dan fotografer tidak bernyali untuk ikut mencicipi, setelah kunjungan di dapur, sudah kehilangan semua selera makan, maka cepat-cepat meninggalkan mereka dengan alasan tidak enak badan. Menurut beberapa sumber, janin yang dikonsumsi semua adalah janin bayi perempuan.

Apakah ini merupakan akibat kebijaksanaan pemerintah China untuk mewajibkan satu anak dalam satu keluarga yg berlaku sampai sekarang, atau hanya karena kegemaran orang akan makanan sehat sudah mencapai suatu kondisi yang sangat terkutuk.
WALLOHUALAM...


selanjutnya ►►

Kamis, 03 September 2009

Perawat ditangkap warga demo polsekta


SIJORI MANDIRI ONLINE

LUBUK BAJA - Ratusan warga Kampung Dalam, Baloi Danau mendatangi Mapolsek Lubuk Baja, Senin (27/10). Warga mendesak Kapolsekta Lubuk Baja AKP Yos Guntur membebaskan Salmia, perawat yang ditangkap karena tuduhan tidak memiliki izin praktek.


Para warga yang terdiri dari kaum ibu, anak-anak bahkan bapak-bapak merasa kehilangan ‘dewi penolong’ jika Salmia ditahan. Yani, warga yang ikut demo, menyampaikan rasa keberatannya jika Salmia ditahan polisi. Alasannya, selama ini Salmia telah begitu banyak menolong warga. Disebutkan, Salmia tidak materialistis dan murni ingin menolong masyarakat kurang mampu.

Dikatakan, meskipun warga tidak memiliki uang, tetap dilayani secara baik. “Pokoknya, banyak sekali jasa yang telah diberikan oleh Ibu Salmia terhadap warga Kampung Dalam,” ujar Yani saat melakukan demo, Senin (27/10).

Menurut Yani, selama perawat tersebut praktek di kampung itu, belum pernah terjadi masalah dengan warga. Malah sebaliknya, perawat tersebut sangat membantu warga saat berobat atau melahirkan.
Andi, warga lainnya, juga menginginkan Salmia dibebaskan supaya masyarakat bisa terbantu. Andi mengisahkan ketika isterinya melahirkan, cukup membayar biaya bersalin sebesar Rp600 ribu. “Itupun dibayar dengan cara mencicil. Padahal, rumah sakit mana mau membantu warga miskin seperti kami,” katanya.
Andi menegaskan, jika Salmia ditangkap, tidak ada lagi petugas kesehatan yang mau membantu warga ketika sakit. Ia meminta Yos Guntur untuk bertindak lebih bijaksana. “Jangan hanya karena tidak mempunyai izin praktek, lantas ditangkap. Padahal warga sangat membutuhkan perawat seperti Ibu Salmia untuk membantu kesehatan warga kami,” ujar Andi.

Kapolsek Lubuk Baja AKP Yos Guntur mengatakan walaupun Salmia masih dibutukan oleh warga, secara aturan atau hukum, tetap tidak memiliki legalitas. Ia mengaku tidak melakukan penahanan terhadap Salmia, tetapi hanya diamankan karena takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

“Masyarakat memprotes karena belum terjadi apa-apa. Tetapi polisi mengamankan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Karena kalau sudah terjadi, warga pun pasti akan mendukung tindakan ini,” katanya.
Menurut Yos, perawat tersebut dilaporkan Ketua RW 04 Seto Prasetyo karena dicurigai tidak memiliki izin. Dengan demikian, Salmia dinilai telah melanggar UU NO 2 tahun 1992 tentang kesehatan. Ia berjanji tidak melakukan penahanan, tetapi Salmia tidak boleh lagi membuka praktek di tempat tersebut.

Dr Danti Lestari, Kepala Puskesmas Lubuk Baja, mengatakan pihaknya sudah sering kali mengingatkan suster tersebut untuk tidak berpraktek. Alasannya, seorang perawat tidak diperbolehkan membuka praktek. “Kalaupun mau praktek harus sekolah lagi di bidang kebidanan. Itu pun harus atas izin dari Dinas Kesehatan,” katanya.


By CATATANPERAWAT.TK on
February 21st, 2009

selanjutnya ►►

Dengue haemorrhagic Fever ( DHF) / Demam Berdarah



Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina). (Christanti Effendy, (1995:1).

virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C34 dan C54,dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan hebat, terutama pendarahan saluran gastroentistinsal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diastasis haemoragik renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipotermik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini:



Manifestasi Klinis
Adapun tanda gejala DHF adalah sebagai berikut: demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa pendarahan dibawah kulit (petekie/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif. Selain perdarahan jugja terjadinya syok yang banyak dijumpai pada saat demam telah menurun antara ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung terasa dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

Klasifikasi DBD

1. Derajat I = Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II = Derajad I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
3. derajat III = kegagalan sirkkulasi; nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV = renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur. (Suriadi dan Rita Yuliani, (2001) ).

Pemeriksaan Diagnostik

1. Darah lengkap: hemokonsentrasi (hemotokrit meningkat 20% atau lebih), trombositopeni (100.000 /mm3 atau kurang)
2. Serologi: Uji HI (Hemaaglutination Inhibition test)
3. Rontgen Thorax: efusi pleura

Penatalaksanaan Terapetik

Keperawatan:

1. Minum banyak 1,5 – 2 liter/24 jam dengan air the, gula, atau susu
2. Kompres/seka dengan air dingin
3. Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat

Medis:

1. Antipiretik jika terdapat demam
2. Antikonvulsan jika terdapat kejang

3. Pemberian cairan melalui infuse, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.

Submitted by ramadoni on Saturday, 22 August 2009

selanjutnya ►►

SYOCK (GANGGUAN SIRKULASI)

Definisi :
-        Suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan.
(Rupii, 2005)
-        Keadaan kritis akibat kegagalan sistem sirkulasi dalam mencukupi nutrien dan oksigen baik dari segi pasokan & pemakaian untuk metabolisme selular jaringan tubuh sehingga terjadi defisiensi akut oksigen akut di tingkat sekuler.
(Tash Ervien S, 2005)
  1. Klasifikasi Syock :
    1. Syock kupoveolenik
    2. Syock distributif (berubahnya tonusvaskuler akibat neurohormonal)
    3. Syock kardiogenik (kegagalan pompa jantung)
    4. Syock septik
    5. Syock obsmertif (obstuksi persision dan jalan keluar jantung)
Download selengkapnya disini

selanjutnya ►►

LIMFOMA NON HODGKIN

A. BATASAN
Limfoma maligna (LM) adalah proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya, terutama menyerang kelenjar getah bening

B. KLASIFIKASI
1. Limfoma Hodgkin (LH) : patologi khas LH, ada sel – sel Reed Stern berg dan/ atau sel hodgkin
2. Limfoma Non Hodgkin (LNH) : patologi khas non hodgkin

C. ETIOLOGI
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti virus, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya
Download selengkapnya disini

selanjutnya ►►

SYOCK (GANGGUAN SIRKULASI)

Definisi :
-        Suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan.
(Rupii, 2005)
-        Keadaan kritis akibat kegagalan sistem sirkulasi dalam mencukupi nutrien dan oksigen baik dari segi pasokan & pemakaian untuk metabolisme selular jaringan tubuh sehingga terjadi defisiensi akut oksigen akut di tingkat sekuler.
(Tash Ervien S, 2005)
  1. Klasifikasi Syock :
    1. Syock kupoveolenik
    2. Syock distributif (berubahnya tonusvaskuler akibat neurohormonal)
    3. Syock kardiogenik (kegagalan pompa jantung)
    4. Syock septik
    5. Syock obsmertif (obstuksi persision dan jalan keluar jantung)
Download selengkapnya disini

selanjutnya ►►

ASKEP PERSYARAFAN

Beberapa kumpulan asuhan keperawatan tentang persyarafan.
silahkan download dengan mengklik link-link di bawah ini :

Low Back Pain

  • Trauma Kepala

  • Tumor Otak

  • Meningitis

  • Epilepsi

  • Hidrocephalus

  • Infeksi Susunan Saraf

    selanjutnya ►►
  • CEDERA KEPALA


    A. PENGERTIAN

    Cedera Kepala adalah gangguan traumatik dari fungsi otak, tanpa atau diikuti terputusnya kontinuitas otak dan dapat mengakibatkan kematian dan kecacatan pada manusia.


    B. ETIOLOGI

    Etiologi utama dari cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, trauma benda tajam dan benda tumpul, kejatuhan benda berat, kecelakaan industri.

    C. PATOFISIOLOGI


    Trauma pada kepala bisa disebabkan oleh benda tumpul maupun benda tajam. Cedera yang disebabkan benda tajam biasanya merusak daerah setempat atau lokal dan cedera yang disebabkan oleh benda tumpul memberikan kekuatan dan menyebar ke area sekitar cedera sehingga kerusakan yang disebabkan benda tumpul lebih luas. Berat ringannya cedera tergantung pada lokasi benturan, penyerta cedera, kekuatan benturan dan rotasi saat cedera.

    D. TANDA DAN GEJALA

    Manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan cedera kepala yaitu : gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil, defisit neurologik, perubahan tanda-tanda vital, mual dan muntah, vertigo, gangguan pergerakan, mungkin ada gangguan penglihatan dan pendengaran.

    E. KLASIFIKASI CEDERA KEPALA

    1) Komosio cerebri/cedera kepala ringan/mild head injury gangguan fungsi neurologi ringan yang terjadi sesaat, dengan gejala hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit, tidak mengalami gangguan orientasi, mual, muntah, nyeri kepala, GCS 13-15, dan tanpa adanya kerusakan struktur otak.

    2) Cedera kepala sedang/moderate head injury, gangguan fungsi neurologik ditandai dengan hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit sampai dengan 2-5 jam, pasien mengalami disorientasi ringan, mual, muntah, GCS 9-12 disertai kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas oatk masih utuh.

    3) Kontusio cerebri/cedera kepala berat/severe head injury, ditandai dengan hilangnya kesadaran lebih dari 24 jam, pasien mengalami disorientasi berat, GCS kurang dari 9, otak mengalami memar, laserasi dan haemoragik.

    F. KOMPLIKASI

    Komplikasi dari cedera kepala meliputi edema pulmonal, kejang, infeksi, bocor cairan otak, hipertermia, masalah mobilisasi.


    G. PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan medis pada trauma kepala, bila ada peningkatan tekanan intraktranial (TIK) diatasi dengan mempertahankan oksigensasi adekuat, pemberian obat anti edema manitol, hiperventilasi, penggunaan steroid, kemungkinan intervensi bedah neuro, pemberian analgetik dan antibiotika untuk infeksi anaerob.

    H. ASUHAN KEPERAWATAN

    1. Pengkajian

    Pengumpulan data pasien baik subyektif atau obyektif pada gangguan system persyarafan berhubungan dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:

    a. Identitas pasien

    b. Riwayat kesehatan

    Pada umumnya pasien cedera kepala datang ke rumah sakit dengan penurunan kesadaran, bingung, muntah, sakit kepala, luka di kepala, akumulasi sputum, liguor dari hidung dan telinga.

    c. Pemeriksaan fisik


    - Aspek neurologis : tingkat kesadaran, disorientasi orang / tempat, perubahan TTV, kejang, gangguan nervus.

    - Aspek kardiovaskuler, tekanan darah menurun, apabila terjadi peningkatan TIK, maka tekanan darh meningkat, nadi bradikardi, kemudian takikardi, irama tidak teratur.

    - Aspek sistem pernafasan, perubahan pola nafas, irama dan kedalaman, adanya sekret pada trakheobronkhiolus.

    - Aspek sistem eliminasi : retensi/inkontinensia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

    - Aspek sistem gastrointestinal : kaji tanda-tanda penurunan fungsi pencernaan, mual dan muntah.

    d. Pemeriksaan diagnostik

    Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dalam menegakkan diagnosa cedera kepala antara lain dengan X-Ray, CT Scan, Angiografi.

    e. Penatalaksanaan medis

    Dexamethosone/kalmethasone sebagai pengobatan anti edema serebral, pemberian analgetika, pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol, antibiotik untuk infeksi anerob, makanan cair/bubur bila klien mual.


    Download askep Cedera Kepala :

    AsuhanKeperawatan.com | Ziddu.com

    selanjutnya ►►

    HERNIA


    DEFINISI
    Hernia adalah ketidak normalan tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena kelemahan pada dinding otot abdomen.

    ETIOLOGI
    Penyebab penyakit hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
    1. Kongenital
    Kelemahan pada otot merupakan salah satu factor resiko yang berhubungan dengan factor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olah raga atau latihan-latihan
    2. Obesitas
    Obesitas salah satu penyebab peningkatan tekanan intra abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolanberat badan.
    3. Ibu Hamil
    Pada ibu hamil tekanan intra abdomen meningkat terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
    4. Mengedan
    Mengedan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen.
    5. Pengangkatan beban berat


    TANDA DAN GEJALA
    Umumnya penderita mengatakan turun berok dan mengatakan adanya benjolan yang bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh keluarnya suatu organ sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri, kadang-kadang disertai mual dan muntah. Bila terjadi stangulasi maka rasa nyeri akan bertambah hebat karena suplay darah kedaerah hernia terhenti, sehingga kulit menjadi merah dan panas.

    KOMPLIKASI
    Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
    1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia sehingga isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis ireponibins pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus, isi hernia yang menyebabkan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia.
    2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia, akibat makn benyaknya usus yang masuk cincin hernia relatif semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi perut, ini dsebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
    3. Bila hernia inkarserata dibiarkan maka akan timbul edem dan terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis stranggulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserasi dan stranggulasi maka timbul gejala illeusmuntah, kembung dan obstipasi pada stranggulasi nyeri hebat daerah tonjolan menjadi lebih merah dan penderita sangat gelisah.

    PENATALAKSANAAN MEDIS
    Tindakan invasive pada penderita hernia disebut heniatomy dan herniarapy : Pada pembedahan elektif maka kanalis dibukaisi hernia dimasukan, kantong diikat dan dilakukan bassiniplasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada daerah cito maka prinsipnya seperti elektif cincin hernia langsung dicari dan diseleksi usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reaksi usus dan ana tomisis “END TO END”.

    ASUHAN KEPERAWATAN

    I. PENGKAJIAN
    a. Data Umum
    - Aktivitas atau istirahat
    Riwayat Pekerjaan
    Mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunanrentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot gangguan dalam berjalan.
    - Eliminasi
    Kontipasi, obstipasi, adanya inkontinesia atau retensi urin.
    - Neurosensori
    Kesemutan, Kekakuan, kelemahan tangan atau kaki, penurunan refleks tendon dalam, nyeri tekan atau abdomen
    - Pencernaan
    Bising usus, muntah, nyeri abdomen
    - Kenyamana
    Nyeri seperti ditusuk- tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan mobilisasi,
    - Kaji gaya hidup monoton atau hiperaktif
    b. Pemeriksaan fisik
    - Inspeksi
    Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan adanya bengkak; ada atau tidak adanya benjolan
    - Palpasi
    Tugor kulit, palpasi terhadap nyeri dan massa
    - Auskultasi
    Bising usus, bunyi nafas, bunyijantung
    - Perkusi
    kembung
    c. Pemeriksaanpenunjang
    1) Pemeriksaan darah koagulasi
    2) Pemeriksaan urine
    3) EKG

    II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
    Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan system pencernaan ; Hernia yaitu :
    a. Pre Operasi
    1) Cemas berhubungan dengan tindakan operasi
    b. Post Operasi
    1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pembedahan herniatomy
    2) Keterbatasan aktifitas barhubungan dengan kelemahan fisik
    3) Defisit volume cairan berhubungan dengan pembedahan
    4) Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
    5) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
    6) Gangguan eliminasi fekal : Konsipasi berhubungan dengan penurunan aktifitas fisik
    7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

    III. PERENCANAAN
    Intervensi pada pre operasi yaitu jelaskan apa yang terjadi selama priode pasca operasi termasuk alasan puasa dan obat-obatan, ajarkan klien untuk nafas dalam dan membebat bagian yang dibedah ketika batuk, biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahaan. Sedangkan tahap pasca operasi pantau tanda-tanda vital kaji intensitas nyeri, lokasi dan skala nyeri, berikan analgenik sesuai indikasi, ganti balutan sesuai aturan dengan penggunaan tehnik aseptic dan anti septic, Bantu klien untuk melakukan gerak aktif dan pasif, kaji tanda-tanda infeksi seperti merah, panas, bengkak, nyeri dan penurunan fungsi, jelaskan proses penyakit serta pembatasan aktifitas yang berat-berat.

    IV. EVALUASI
    Hasil yang diharapkan pada pasien hernia, yaitu:
    1) Cemas teratasi
    2) Nyeri berkurang sampai hilang
    3) Resti infeksi tidak terjadi
    4) Gangguan nutrisi teratasi
    5) Defisit cairan teratasi
    6) Keterbatasan aktifitas teratasi
    7) Kurang pengetahuan teratasi.

    Download askep hernia :
    AsuhanKeperawatan.com | Ziddu.com


    May 29, 2009 in Asuhan Keperawatan by Hendi, S.Kep

    selanjutnya ►►

    KANKER KANDUNG KEMIH


    A. DEFINISI
    Kanken kandung kemih adalah papiloma yang tumbuh didalam lumen kandung kemih,meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai dinding kandung kemih (Luckman and Sorensen. 1993).



    B. ETIOLOGI
    Factor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma kandung kemih adalah zat karsinogen,baik eksoghen dari rokok atau bahan kimia atau endogen dari hasil metabolisme.
    Penyebab lain diduga akibat dari pemakaian analgetik,sitostatik,dan iritasi kronik oleh batu,sistosomiasis (infeksi parasit karena iritasi kandung kemih),atau radiasi.

    C. PATOFISIOLOGI
    Perokok baik aktif maupun pasif dapat menghasilkan metabolisme karsinogen yang dihasilkan oleh metabolisme tryptophan yang abnormal. Kebanyakan CA buli berasal dari papiloma yang berubah menjadi ganas. Tumor noduler jarang terjadi tetapi dapat juga menginvasi dinding buli. Proliperasi sel terdiri atas sel epitelium transisional (90 %) , squmuosa (6 %),dan adenocarsinoma ( 2%).
    Derajat tumor berdasarkan kedalaman penetrasi kedalam dinding buli dan derajat metastase,penentuan derajat kanker harus ditegakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penatalaksanaan. Skema derajat CA buli adalah sebagai berikut :
    Derajat O. ( To,No,Mo ) Tumor terbatas pada mukosa.
    A. ( T1,No,Mo ) Tumor menembus mukosa.
    B1. ( T2,No,Mo ) Tumor sudah melebihi ½ dari lapisan mukosa.
    B2. ( T3a,No,Mo ) Sel tumor menembus muscular tetapi tidak mencapai lemak.
    C. (T3,No.Mo ) Sel menembus seluruh lapisan muscular tetapi tidak metastases jaga tidak menembus pada jaringan sekitarnya.
    D1. ( T4a,N1-3,Mo ) bermetastase pada nodus limpe pelvic.
    D2. ( T4a,Na,M1 ) Bermetastase pada pelvic.
    Kanker biasa bermetastase ke liver,tulang dan paru-paru,lebih lanjut tumor menyebar ke rectum ,vagina, jaringan lunak dan struktur retroperitoneal. Tumor derajat C atau D memiliki prognosis yang buruk. Tumor superficial memiliki peluang untuk disetabilkan atau dibuang,tetapi angka kekambuhannya cukup tinggi. Kurang dari 25 % klien dengan invasi tumor yang dalam memiliki rata-rata bertahan hidup sekitar 5 tahun, sedangkan Adenokarsinoma sekitar 21 bulan.
    D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
    Kandung kemih adalah merupakan salah satu organ dalam system perkemihan yang berpungsi sebagai penampung urine,yang berbentuk buah pir (kendi),yang dikelilingi oleh otot yang kuat,berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medialis.
    Kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis didalam rongga panggul. Kandung kemih terdiri dari :
    1. Fundus yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah,bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent,vesika seminalis dan prostat.
    2. Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
    3. Verteks yaitu bagian yang meruncing kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
    Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan :
    1. Lapisan sebelah luar (peritoneum ).
    2. Tunika muskularis (lapisan otot).
    3. Tumika submukosa.
    4. lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

    E. MANIFESTASI KLINIK
    Haemarturi tanpa nyeri adalah tanda yang paling sering pada CA kandung kemih dan terjadi pada 75 % semua kasus, sayangnya perdarahan bersifat intermittent. Yang paling sering menyebabkan keterlambatan dalam mencari bantuan kesehatan ketika penyakit berlanjut.
    Klien dapat mendapat gangguan frekwensi berkemih (bak) dengan Dysuria. Akhirnya terjadi Gross haematuria, obstruksi atau terjadi pistula yang memaksa klien untuk mencari pertolongan medis.

    F. PEMERIKASAN DIAGNOSTIK
    Pemeriksaan bimanual sangat berguna untuk menentukan infiltrasi. Pada sistografi dan pielografi intravena nampak lesi defek isian dalam kandung kemih. Endoskopy dilakukan untuk melihat bentuk dan besar tumor. Perubahan dalam kandung kemih,dan melakukan biopsy. Pemeriksaan sitologi membantu diagnosis.
    Karsinoma kandung kemih perlu dibedakan dari tumor ureter yang menonjol da;am kandung kemih,karsinoma prostat,dan hipertrofi prostat lobus median prostat. Untuk membedakan kelainan ini dibutuhkan Endoscopy dan Biopsy,urografi atau IVP,Ct Scen,USG dan sitoscopy.
    Tingkat keganasan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : Deferensiasi baik (G I),sedang (G II),dan kurang berdiferensiasi (G III)
    Karsinoma sel transisional dan karsinoma in-situ akan melepaskan sel-sel kanker yang dapat dikenali,pemeriksaan sitologi urine yang baru dan larutan salin yang digunakan sebagai pembilas kandung kemih akan memberikan informasi tentang prognosis paien,khususnya pasien yang beresiko tinggi untuk terjadinya tumor primer kandung kemih.

    G. PENATALAKSANAAN
    Terapi endoscopik merupakan terapi baku karsinoma suerfisialis melalui reseksi trasuretral tumor secara total. Rencana pasca bedah selanjutnya sangat menentukan hasil terapi.
    Sitoscopi untuk mengontrol kekambuhan biasanya diadakan setiap tiga bulan selama satu tahun dan kemudian setiap enam bulan,kecuali untuk reseksi tumor sampai disubmukosa. Endoscopi juga dipakai untuk fulgerasi dan terapi laser.
    Radiasi diberikan setelah reseksi transuretral karsinoma kandung kemih superfisialis atau setelah sistektomi. Radiasi juga dipakai untuk penyembuhan pada stadium T3 yang tidak tahan pembedahan besar atau sebagai terapi paliatif tumor T4. kadang radiasi diperlukan sebagai terapi paliatif untuk menghentikan perdarahan atau gejala metastase pada karsinoma lanjut.
    Kemoterapi diberikan setelah reseksi trasuretral karsinoma superfisialis. Kemoterapi secara intravesikal bertujuan mengurangi kemungkinan berkambuh. Kemoterapi yang digunakan adalah tiotepa,adriamisin,doksorubbisin,mitomisin C,dan bCG. Instilasi bcg sebenarnya merupakan terapi imunologik intravesikal dengan vaksin basil Calmette-Guerin. Vasin ini meupakan vaksin hidup. Penderita,dokter dan perawat harus menyadari hal tersebut dan memperhatikan keberhasilan sewaktu dan setelah buang air kecil.
    Pembedahan dilakukan kalau penyebaran karsinoma sudah sampai otot kandung kemih. Ada tiga macam pembedahan yang bias dipilih yaitu : sistektomi parsial,sistektomi total,dan sistektomi radikal. Indikasi sistektomi parsial adalah tumor soliter yang berbatas tegas pada mukosa. Sistektomi total merupakan terapi definitive untuk karsinoma superfisialis yang kambuh. Sistektomi radikal merupakan pilihan kalau terapi lain tidak berhasil atau timbul kekambuhan. Cara diversi kemih yang paling baik adalah uretro-enterokutancostomi dengan menggunakan sebagian usus halus menurut Bricker atau urostoma kontinen dengan sejenis katup menurut kock.
    Prognosis tergantung tingkat pengluasan dan derajat keganasan. Secara klinik dapat ditemukan dua jenis gambaran,yaitu pertumbuhan superfisia dan yang bertumbuh invasive dari permulaan.
    Biasanya pada karsinoma kandung kemih superfisialis penderita berulang-ulang ditangani dengan sitoscipi untuk mengontrol reseksi local dan instilasi kemoterapi. Kebanyakan tidak akan mengalamin metastase sehinga prognosis ketahanan hidup agak baik. Walaupun morbiditasnya cukup berat.
    Penderita dengan karsinoma kandung kemih invasive mengalami riwayat penyakit yang lain sekali. Ternyata sekitar 90 % tidak pernah mempunyai gambaran klinik karsinoma superfisialis,dan kurang lebih setengahnya sudah bermetastase jauh samar (okul) yang kebanyakan menjadi jelas dalam waktu satu tahun. Prognosisnya buruk dalam waktu satu-dua tahun.

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN
    a. Identitas pasien
    b. Riwayat keperawatan
    1. Riwayat penyakit sekarang
    2. Riwayat penyakit masa lalu
    3. Riwayat kesehatan keluarga, penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang menjadi faktor resiko.
    4. riwayat psikososial dan sepriritual
    5. kondisi lingkungan rumah
    6. Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi bak,pola aktivitas dan latihan,pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok,ketergantungan obat,minuman keras),
    c. Pemeriksaan fisik
    Nyeri /ktidak nyamanan : nyeri tekan abdomen,nyeri tekan pada area ginjal pada saat palpasi,nyeri dapat digambarkan sebagai acut,hebat,tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain

    B. RENCANA KEPERAWATAN

    Perubahan kenyamanan nyeri b/d trauma jaringan

    Kriteria hasil :
    Individu akan
    1. Memperlihatkan bahwa orang lain membenarkan nyeri itu ada.
    2. Memperlihatkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan penurunan rasa nyeri yang memuaskan.
    Anak-anak akan, berdasarkan usia dan kemampuannya :
    1. Mengidentifikasi sumber-sumber nyeri.
    2. Mengidentifikasi aktivitas yang akan meningkatkan dan menurunkan nyeri.
    3. Menggambarkan rasa nyaman dari orang-orang lain selama mengalami nyeri.

    Intervensi :
    1. Tingkatkan pengetahuan
    a. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu, jika diketahui.
    b. Menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung, jika diketahui.
    c. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dan prosedur secara detail dengan menghubungkan ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan, dan perkiraan lamanya terjadi nyeri.
    2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut.
    3. Hubungkan penerimaan anda tentang respons individu terhadap nyeri.
    a. Mengenali adanya rasa nyeri.
    b. Mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri.
    c. Memperlihatkan bahwa anda sedang mengkaji nyeri karena anda ingin mengerti lebih baik (bukan untuk menentukan apakah nyeri tersebut benar-benar ada).
    4. Kaji keluarga untuk mengetahui adanya kesalahan konsep tentang nyeri atau penanganannya.
    5. Bicarakan alasan-alasan mengapa individu dapat mengalami peningkatan atau penurunan nyeri (mis; keletihan meningkatkan nyeri, distraksi menurunkan nyeri).
    a. Berikan dorongan anggota keluarga untuk saling menceritakan rasa prihatinnya secara pribadi.
    b. Kaji apakah keluarga menyangsikan nyeri dan bicarakan pengaruhnya pada individu yang mengalami nyeri.
    c. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.
    6. Berikan kesempatan kepada individu untuk istirahat selama siang dan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari.
    7. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi, bersamaan dengan metode lain untuk menurunkan nyeri.
    8. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, bernapas dengan teratur.
    9. Ajarkan penurunan nyeri noninvasif
    a. Relaksasi
    - Intruksikan teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri.
    - Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.
    - Ajarkan teknik relaksasi khusus (mis; bernapas perlahan, teratur, dan napas dalam-kepalkan tinju-menguap)
    b. Stimulasi kutan
    - Bicarakan dengan individu berbagai metoda stimulasi kulit dan efek-efeknya pada nyeri.
    - Bicarakan setiap metoda berikut ini dan tindakan kewaspadaannya:
    Botol air panas
    Bantalan pemanas listrik
    Mandi rendam air hangat
    Kantung panas lembab
    Hangatnya sinar matahari
    Selimut dari plastik diatas area yang sakit untuk menahan panas tubuh (mis;lutut, siku)
    - Bicarakan setiap metoda berikut dan tindakan kewaspadaannya:
    Handuk dingin (diperas)
    Rendaman air dingin
    Kantung es
    Kantung jeli dingin
    Masase es
    - Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol dan masase/pijat punggung.
    10. Berikan individu pengurang rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
    11. Setelah pemberian pengurang rasa sakit, kembali 30 menit kemudian untuk mengkaji efektifitasnya.
    12. Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada keluarga (mis; ketagihan, ragu-ragu tentang nyeri).
    13. Berikan individu kesempatan untuk membicarakan ketakutan, marah, dan rasa frustrasinya di tempat tersendiri, pahami kesukaran situasi.
    14. Berikan dorongan individu untuk membicarakan pengalaman nyerinya.

    Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan melemahnya daya tahan penjamu sekunder terhadap terapi radiasi

    Kriteria hasil
    Individu akan :
    1. Memperlihat teknik cuci tangan yang sangat cermat.
    2. Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit
    3. Memperlihatkan kemampuan tentang faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi

    Intervensi
    1. Identifikasi individu yang berisiko terhadap infeksi nosokomial
    a. Kaji terhadap prediktor
    - Infeksi (prabedah)
    - Operasi abdomen atau thoraks
    - Operasi lebih dari 2 jam
    - Prosedur genitouranius
    - Instrumentasi (ventilator, pengisap, kateter, nebulizer, trakeostomi, alat pemantau invasif)
    - Aestesia
    b. Kaji terhadap faktor-faktor yang mengacaukan
    - Usia lebih muda dari 1 tahun, atau lebih tua dari 65 tahun
    - Obesitas
    - Kondisi-kondisi penyakit yang mendasari (PPOK, DM, penyakit kardiovaskuler)
    - Penyalahgunaan obat terlarang
    - Status nutrisi
    - Perokok
    2. Kurangi organisme-organisme yang masuk ke dalam tubuh
    a. Cuci tangan dengan cermat
    b. Teknik antiseptik
    c. Tindakan isolasi
    d. Diagnostik yang perlu atau prosedur terapeutik
    e. Pengurangan mikroorganisme yang dapat ditularkan melalui udara
    3. Lindungi individu yang defisit imun dari infeksi
    a. Instruksikan individu untuk meminta kepada seluruh pengunjung dan personil untuk mencuci tangan sebelum mendekati individu.
    b. Batasi pengunjung bila memungkinkan
    c. Batasi alat-alat invasif (IV, spesimen laboratorium) untuk yang benar-benar perlu saja.
    d. Ajarkan individu dan anggota keluarga tanda dan gejala infeksi
    4. Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
    a. Dorong dan pertahankan masukan kalori dan protein dalam diet (lihat Perubahan nutrisi).
    b. Pantau penggunaan atau penggunaan berlebihan terapi antimikroba.
    c. Berikan terapi antimikroba yang telah diresepkan dalam 15 menit dari waktu yang dijadwalkan
    d. Minimalkan lamanya tinggal di rumah sakit
    5. Amati terhadap manifestasi klinik infeksi (mis; demam, urine keruh, drainase purulen)
    6. Instruksikan individu dan keluarga mengenal penyebab, risiko-risiko dan kekuatan penularan infeksi.
    7. Laporkan penyakit-penyakit menular.

    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme:Kanker

    Kriteria hasil
    Individu akan :
    1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas
    2. Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin)
    3. Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi, tekanan darah, pernapasan)
    4. Melaporkan reduksi gejala-gejala intoleransi aktivitas

    Intervensi
    1. Kaji respon individu terhadap aktivitas
    a. Ukur nadi, tekanan darah, pernapasan saat istirahat
    b. Ukur tanda vital segera dan 3 menit setelah istirahat.
    c. Hentikan aktivitas klien bila :
    - Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo, kekacauan mental
    - Frekwensi nadi menurun
    - Tekanan sistolik menurun
    - Tekanan diastolik meningkat 15 mmHg
    - Frekwensi pernapasan menurun
    d. Kurangi intensitas, frekwensi, lamanya aktivitas bila
    - Frekwensi nadi lebih dari 3 menit untuk kembali frekwensi awal (atau 6 denyut lebih cepat dari frekwensi awal).
    - Frekwensi pernapasan meningkat berlebihan setelah aktivitas.
    - Terdapat tanda-tanda hipoksia.
    2. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
    a. Untuk klien yang pernah tirah baring lama, mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari.
    b. Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.
    c. Berikan kepercayaan kepada klien bahwa mereka dapat meningkatkan status mobilitasnya.
    d. Beri penghargaan pada kemajuan yang dicapai.
    e. Beri kesempatan klien membuat jadwal aktivitas dan sasaran pencapaian.
    f. Tingkatkan toleransi dengan membiarkan klien melakukan aktivitas yang lebih lambat, lebih banyak istirahat, atau dengan banyak bantuan.
    g. Secara bertahap tingkatkan aktivitas diluar tempat tidur 15 menit setiap hari, tiga kali sehari.
    h. Izinkan klien untuk mengatur frekwensi ambulasi.
    i. Anjurkan klien untuk memakai alas kaki yang nyaman.
    3. Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas.
    a. Luangkan waktu untuk istirahat.
    b. Lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali hal ini memungkinkan.
    c. Saat melakukan suatu aktivitas, istirahat setiap 3 menit selama 5 menit untuk membiarkan jantung pulih.
    d. Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia.
    4. Instruksikan klien untuk konsulasi kepada dokter atau ahli terapi fisik untuk program latihan jangka panjang.
    5. Rujuk kepada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan.

    Perubahan pola elimunasi urinarius berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih sekunder terhadap kanker

    Kriteria hasil
    Individu akan
    1. Menjadi kontinen (terutama selama siang hari, malam, 24 jam)
    2. Mampu mengidentifikasi penyebab inkontinens dan rasional untuk pengobatan

    Intervensi
    1. Pertahankan hidrasi optimal
    a. Tingkatkan hidrasi 2000-3000 ml/hari, kecuali ada kontraindikasi.
    b. Bagi jarak cairan setiap 2 jam
    c. Kurangi masukan cairan setelah jam 19.00
    2. Pertahankan nutrisi yang adekuat
    3. Tingkatkan berkemih
    a. Pastikan privasi dan rasa nyaman.
    b. Gunakan fasilitas toilet, jika mungkin, daripada bedpan
    c. Berikan klien pria kesempatan berdiri.
    d. Bantu individu dengan bedpan untuk memfleksikan lututnya.
    4. Tingkatkan integritas personal dan berikan motivasi untuk meningkatkan kontrol kandung kemih.
    5. Tunjukkan pada individu bahwa inkontinens dapat disembuhkan atau sedikitnya dikontrol untuk mempertahankan martabat.
    6. Harapkan pada individu untuk menjadi kontinen (mis; sarankan menggunakan pakaian ketat, jangan sarankan menggunakan bedpan)
    7. Tingkatkan integritas kulit
    a. Identifikasi individu yang berisiko mengalami ulkus akibat tekanan.
    b. Cuci area, bilas, dan keringkan dengan baik setelah episiode inkontinens.
    c. Gunakan salep pelindung, jika diperlukan.
    8. Jadwalkan masukan cairan dan waktu berkemih.
    9. Jadwalkan program keteterisasi intermitten
    10. Ajarkan pencegahan ISK
    a. Beri dorongan pengosongan kandung kemih secara teratur.
    b. Pastikan masukan cairan yang adekuat.
    c. Jaga keasaman urine, hindari jus jeruk nipis, cola pekat, kopi.

    Download askep Kanker Kandung Kemih :

    AsuhanKeperawatan.com | Ziddu.com


    May 29, 2009 in Asuhan Keperawatan by Hendi, S.Kep

    selanjutnya ►►

    LOW BACK PAIN

    strain

    A. DEFINISI.

    Low back Pain dipersepsikan ketidak nyamanan berhubungan dengan lumbal atau area sacral pada tulang belakang ataui sekitar jaringan ( Randy Mariam,1987 ).

    Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).

    Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).


    Low Back Pain terjadi dilumbal bagian bawah,lumbal sacral atau daerah sacroiliaca,biasanya dihubungkan dengan proses degenerasi dan ketegangan musulo (Prisilia Lemone,1996).

    Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang (Lucman and Sorensen’s 1993).

    Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.


    B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

     Guna kerangka.

    1. Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).

    2. Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.

    3. Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan otot.

    4. tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.


    5. Memberi bentuk pada bangunan tubuh.

     Ruas-ruas tulang belakang.

    Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama,hanya ada bedanya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.

    Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :

    1. badan ruas merupakan bagian yang terbesar,bentuknya tebal dan kuat,terletak disebelah depan.

    2. Lengkung luas.

    Bagian yang melingkaridan melindungi lubang luas tulang belakang terletak di sebelah belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :

    a. prosesus spinosus / taju duri.

    Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang.


    b. Prosesus tranversum / taju sayap.

    Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.

    c. Prosesus artikulasi / taju penyendi.

    Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).

     Fungsi ruas tulang belakang.

    1. Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain..

    2. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).

    3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.

    4. Menentukan sikap tubuh.


    Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antara ruas sehingga tulang belakang bias tegak dan membungkuk. Disamping itu disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut-serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang.

    Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu saluran yang disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla spinalis) yang didalamnya terdapat sum-sum tulang belakang.

     Bagian-bagian dari ruas tulang belakang.

    1. Vertebra sedrvikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat lalunya syarap yang disebut For Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium). Ruas pertama vertebra servikalis disebut Atlas yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan. Ruas kedua disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang disebut Prosesus Prominan,taju ruiasnya agak panjang.

    2. Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas,badan ruasnya besar dan kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada daerah bagian dataran sendi sebelah atas,bawah,kiri dan kanan ini membentuk persendian dengan tulang iga.

    3. vertebra lumbalis (tulang pinggul0 terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya besar,tebal dan kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5 agak menonjol disebut Promontorium.

    4. vertebra Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan sacrum.

    Lengkung kolumna vertebralis dilihat dari samping kolumna Vertebralis memperlihatkan 4 kurva atau lengkung. Lengkung vertikel daerah leher melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang. Daerah lumbal melengkung kedepan dan derah pelvis melengkung kebelakang. Lengkung servikal berkembang ketika masih kanak-kanak. Sebagai contoh ketika ia merangkak,berdiri dan berjlan mempertahankan tegak.

    Sendi kolumna vertebralis dibentuk oleh bantalan tulang rawan yang dilekatkan diantara tiap-tiap vertebra dikuatkan oleh luigamentum yang berjalan didepan dan dibelakang vertebra sepanjang kolumna vertebralis.


    Cakram antar adalah bantalan tebal dari tulang rawan fibrosa yang terdapat diantara badan vertyebra yang dapat menggerak-gerakan sendi dibentuk antara cakram dan vertebra dengan gerakan yang terbatas dan gerakan dapat fleksi,ekstensi dan lateral samping kiri dan samping kanan.

    Fungsi vertebralis sebagai penopang badan yang kokoh sekaligus bekerja sebagai penyangga dengan perantara tulang rawan cakram. Intervertebralis yang lengkungnya memberi flesibilitas memungkinkan membengkok tanpa patah.

    Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakan badan seperti waktu berlari dan melompat. Dengan demikian otak dan sum-sum belakang terlindung oleh guncangan. Kolumna vertebralis juga menopang berat badan permukaan berkaitan dengan otot mem,bentuk tapal batas posterior yang kokoh untuk rongga-rongga badan dan kaitan pada iga.


    C. ETIOLOGI.

     Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.

    Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.

    Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.

     Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.

     Prosedur degenerasi pada pasien lansia.


     Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.

     Kegemukan.

     Mengangkat beban dengan cara yang salah.

     Keseleo.

     Terlalu lama pada getaran.

     Gaya berjalan.

     Merokok.

     Duduk terlalu lama.

     Kurang latihan (oleh raga).


     Depresi /stress.

     Olahraga (golp,tennis,sepak bola).


    D. MANIFESTASI KLINIK.

    1. Perubahan dalam gaya berjalan.

     Berjalan terasa kaku.

     Tidak bias memutar punggung.

     Pincang.

    2. Persyarapan

     Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.


     Tidak terkontrol Bab dan Bak.

    3. Nyeri.

     Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.

     Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.

     Nyeri otot dalam.

     Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.

     Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.

     Nyeri pada pertengahan bokong.

     Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.



    F. FAKTOR RESIKO UNTUK LOW BACK PAIN.

    Factor resiko Low back Pain :

    1. Faktor resiko secara fisiologi.

     Umur ( 20 – 50 tahun ).

     Kurangnya latihan fisik.

     Postur yang kurang anatomis.

     Kegemukan.

     Scoliosis parah.

     HNP.


     Spondilitis.

     Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).

     Osteoporosis.

     Merokok.

    2. Faktor resiko dari lingkungan.

     Duduk terlalu lama.

     Terlalu lama pada getaran.

     Keseleo atau terpelintir.

     Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).


     Vibrasi yang lama.

    3. Faktor resiko dari psikososial.

     Ketidak nyamanan kerja.

     Depresi.

     Stress.


    G. EVALUASI DIAGNOSTIK

    Prosedur perlu dilakukan pada pasien yang menderita nyeri punggung bawah.

    1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.

    2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.


    3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.

    4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.

    5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi diskus.

    6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.

    7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).


    H. PENATALAKSANAAN.

    Kebanyakan nyeri punggung bias hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah baring. Pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempatkan tidur dengan matras yang padat dan tidak tebal. Selama 2 – 3 hari ( dapat digunakan kayu penyangga tempat tidur ). Posisi pasien dibuat sedemikian rupa,sehingga flesi lumbal lebih besar,yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat ditinggikan 30 dan pasien sedikit menekuk lututnya. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis.

    Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konserpatif aktif” dan fisiotherafi pelvic intermiten beban traksi 7 – 13 Kg. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.

    Fisiotherapi perlu diberikan untuik mengurangi nyeri,spasme otot,terafi bias meliputi terafi pendinginan,pemanasan sinar infra merah, kompres lembab panas,gelombang ultra,diatermi,traksi. Gelombang ultra akan menimbulkan panas ini berkontra indikasi pada pasien penderita kanker atau penderita kelainan perdarahan.


    Obat-obatan yang mungkin perlu diberikan untuk menangani nyeri akut,analgetik narkotik digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme otot,obat anti implamasi seperti aspirin dan obat anti inplamasi non steroid ( NSAID ).


    I. RENCANA KEPERAWATAN

    Perubahan Kenyamanan : nyeri bd refleks spasme otot

    Data

    Subjektif :

    Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan.

    Objektif :

    Perilaku yang sangat hati-hati, perlindungan.

    Memusatkan diri.


    Mempersempit fokus (perubahan persepsi waktu, gangguan proses berpikir).

    Perilaku distraksi (mengerang, menangis, mondar-mandir, mencari orang lagi, gelisah).

    Raut wajah kesakitan (mata kuyu, terlihat lelah, meringis)

    Perubahan tonus otot (tidak bergairah sampai kaku)

    Respons-respons autonom (diaforesis, perubahan tekanan darah dan nadi), dilatasi pupil, perubahan frekwensi napas.


    Kriteria hasil :

    Individu akan

    1. Memperlihatkan bahwa orang lain membenarkan nyeri itu ada.

    2. Memperlihatkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan penurunan rasa nyeri yang memuaskan.


    Anak-anak akan, berdasarkan usia dan kemampuannya :

    1. Mengidentifikasi sumber-sumber nyeri.

    2. Mengidentifikasi aktivitas yang akan meningkatkan dan menurunkan nyeri.

    3. Menggambarkan rasa nyaman dari orang-orang lain selama mengalami nyeri.


    Intervensi :

    1. Tingkatkan pengetahuan

    a. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu, jika diketahui.

    b. Menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung, jika diketahui.

    c. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dan prosedur secara detail dengan menghubungkan ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan, dan perkiraan lamanya terjadi nyeri.


    2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut.

    3. Hubungkan penerimaan anda tentang respons individu terhadap nyeri.

    a. Mengenali adanya rasa nyeri.

    b. Mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri.

    c. Memperlihatkan bahwa anda sedang mengkaji nyeri karena anda ingin mengerti lebih baik (bukan untuk menentukan apakah nyeri tersebut benar-benar ada).

    4. Kaji keluarga untuk mengetahui adanya kesalahan konsep tentang nyeri atau penanganannya.

    5. Bicarakan alasan-alasan mengapa individu dapat mengalami peningkatan atau penurunan nyeri (mis; keletihan meningkatkan nyeri, distraksi menurunkan nyeri).

    a. Berikan dorongan anggota keluarga untuk saling menceritakan rasa prihatinnya secara pribadi.

    b. Kaji apakah keluarga menyangsikan nyeri dan bicarakan pengaruhnya pada individu yang mengalami nyeri.


    c. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.

    6. Berikan kesempatan kepada individu untuk istirahat selama siang dan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari.

    7. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi, bersamaan dengan metode lain untuk menurunkan nyeri.

    8. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, bernapas dengan teratur.

    9. Ajarkan penurunan nyeri noninvasif

    a. Relaksasi

    - Intruksikan teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri.

    - Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.

    - Ajarkan teknik relaksasi khusus (mis; bernapas perlahan, teratur, dan napas dalam-kepalkan tinju-menguap)


    b. Stimulasi kutan

    - Bicarakan dengan individu berbagai metoda stimulasi kulit dan efek-efeknya pada nyeri.

    - Bicarakan setiap metoda berikut ini dan tindakan kewaspadaannya:

    Botol air panas

    Bantalan pemanas listrik

    Mandi rendam air hangat

    Kantung panas lembab

    Hangatnya sinar matahari

    Selimut dari plastik diatas area yang sakit untuk menahan panas tubuh (mis;lutut, siku)


    - Bicarakan setiap metoda berikut dan tindakan kewaspadaannya:

    Handuk dingin (diperas)

    Rendaman air dingin

    Kantung es

    Kantung jeli dingin

    Masase es

    - Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol dan masase/pijat punggung.

    10. Berikan individu pengurang rasa sakit yang optimal dengan analgesik.

    11. Setelah pemberian pengurang rasa sakit, kembali 30 menit kemudian untuk mengkaji efektifitasnya.


    12. Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada keluarga (mis; ketagihan, ragu-ragu tentang nyeri).

    13. Berikan individu kesempatan untuk membicarakan ketakutan, marah, dan rasa frustrasinya di tempat tersendiri, pahami kesukaran situasi.

    14. Berikan dorongan individu untuk membicarakan pengalaman nyerinya.


    Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakaktifan sekunder terhadap nyeri

    Data yang harus ada

    Perubahan respons terhadap aktivitas

    Pernapasan :

    Dispnoe

    Takipnoe


    Sesak napas

    Nadi

    Lemah

    Frekwensi menurun

    Frekwensi meningkat

    Tekanan darah

    Gagal meningkat dengan aktivitas

    Diastolik meningkat 15 mmHg


    Data yang mungkin ada :


    Pucat atau sianosis

    Kekacauan mental

    Kelemahan

    Keletihan

    Vertigo


    Kriteria hasil

    Individu akan :

    1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas

    2. Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin)


    3. Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi, tekanan darah, pernapasan)

    4. Melaporkan reduksi gejala-gejala intoleransi aktivitas


    Intervensi

    1. Kaji respon individu terhadap aktivitas

    a. Ukur nadi, tekanan darah, pernapasan saat istirahat

    b. Ukur tanda vital segera dan 3 menit setelah istirahat.

    c. Hentikan aktivitas klien bila :

    - Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo, kekacauan mental

    - Frekwensi nadi menurun


    - Tekanan sistolik menurun

    - Tekanan diastolik meningkat 15 mmHg

    - Frekwensi pernapasan menurun

    d. Kurangi intensitas, frekwensi, lamanya aktivitas bila

    - Frekwensi nadi lebih dari 3 menit untuk kembali frekwensi awal (atau 6 denyut lebih cepat dari frekwensi awal).

    - Frekwensi pernapasan meningkat berlebihan setelah aktivitas.

    - Terdapat tanda-tanda hipoksia.

    2. Meningkatkan aktivitas secara bertahap

    a. Untuk klien yang pernah tirah baring lama, mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari.


    b. Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.

    c. Berikan kepercayaan kepada klien bahwa mereka dapat meningkatkan status mobilitasnya.

    d. Beri penghargaan pada kemajuan yang dicapai.

    e. Beri kesempatan klien membuat jadwal aktivitas dan sasaran pencapaian.

    f. Tingkatkan toleransi dengan membiarkan klien melakukan aktivitas yang lebih lambat, lebih banyak istirahat, atau dengan banyak bantuan.

    g. Secara bertahap tingkatkan aktivitas diluar tempat tidur 15 menit setiap hari, tiga kali sehari.

    h. Izinkan klien untuk mengatur frekwensi ambulasi.

    i. Anjurkan klien untuk memakai alas kaki yang nyaman.

    3. Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas.


    a. Luangkan waktu untuk istirahat.

    b. Lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali hal ini memungkinkan.

    c. Saat melakukan suatu aktivitas, istirahat setiap 3 menit selama 5 menit untuk membiarkan jantung pulih.

    d. Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia.

    4. Instruksikan klien untuk konsulasi kepada dokter atau ahli terapi fisik untuk program latihan jangka panjang.

    5. Rujuk kepada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan


    Risiko kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek-efek iritan mekanika atau tekanan sekunder terhadap tirah baring

    Data mayor

    Gangguan kornea, integumen, atau jaringan membran mukosa atau invasi struktur tubuh (insisi, ulkus dermal, ulkus kornea, lesi oral)



    Data minor

    Lesi

    Edema

    Eritema

    Kekeringan membran mukosa

    Leukoplakia

    Lidah kotor


    Kriteria hasil

    Individu akan :


    1. Mengidentifikasi penyebab kerusakan jaringan mekanik.

    2. Berpartisipasi dalam perencanaan untuk meningkatkan penyembuhan luka.

    3. Memperlihatkan kemajuan penyembuhan luka jaringan.


    Intervensi

    1. Anjurkan mobilitas pada tingkat yang paling tinggi untuk menghindari periode tekanan yang lama.

    2. Untuk kerusakan neuromuskular

    a. Ajarkan klien/orang terdekat tindakan yang tepat untuk mencegah tekanan, robekan, gesekan, maserasi.

    b. Ajarkan untuk mengenali tanda-tanda awal kerusakan jaringan

    c. Ubah posisi sedikitnya setiap 2 jam.


    d. Dengan sering tingkatkan perputaran tubuh dengan pengangkatan minor dalam berat badan.

    3. Jaga kulit tetap bersih dan kering.

    4. Hindari pengelupasan epidermis saat melepas plester.

    5. Gunakan alat yang menyebarkan tekanan jika diperlukan

    6. Batasi posisi kepala pada klien berisiko tinggi sampai kurang dari 30ยบ. Hindari penggunaan tempat tidur yang bagian lututnya dapat terlipat.

    7. Gunakan metoda untuk menampung inkontinensia usus atau kandung kemih.

    8. Ajarkan aplikasi yang tepat dari kantong stoma.

    9. Gunakan teknik kantong stoma untuk menahan drainase dari fistula/ulkus.

    10. Anjurkan sabun ringan yang tidak merubah pH kulit.


    11. Ajarkan menggunakan sarung tangan/baju pelindung apabila menggunakan produk kimia dalam lingkungan pekerjaan.


    Kerusakan integritas jaringan kulit


    Definisi

    Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis.


    Faktor yang berhubungan

    (Lihat kerusakan integritas jaringan)


    Data mayor

    Gangguan jaringan kulit epidermis dan dermis


    Data minor


    Pencukuran kulit

    Eritema

    Lesi

    Pruritus


    Kriteria hasil

    Individu akan :

    1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab untuk ulkus karena tekanan.

    2. mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan.

    3. berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dianjurkan untuk meningkatkan penyembuhan luka.


    4. Memperlihatkan kemajuan penyembuhan luka ulkus dermis.


    Intervensi

    1. Identifikasi tahap perkembangan ulkus dekubitus

    a. Tahap I : Eritema yang tidak memutih dari kulit yang utuh.

    b. Tahap II : Ulserasi pada epidermis dan/atau dermis.

    c. Tahap III : Ulserasi meliputi lemak sub kutan

    d. Tahap IV : Ulserasi menembus otot rangka atau struktur penunjang.

    2. Cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan, bilaslah seluruh area dengan bersih untuk menghilangkan sabun dan keringkan.

    3. masase dengan lembut kulit sehat disekitar area yang sakit untuk merangsang sirkulasi; jangan masase area jika tampak kemerahan.


    4. Lindungi permukaan kulit yang sehat dengan satu atau kombinasi berikut.

    a. Oleskan lapisan tipis cairan coplymer skin sealant.

    b. Tutup area dengan balutan film permeable lembab.

    5. Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif; timbang individu setiap hari dan tentukan kadar albumin serum setiap minggu untuk memantau status.

    6. Pikirkan rencana penatalaksanaan luka tekan dengan menggunakan prinsip-prinsip penyembuhan luka :

    a. Kaji status luka tekan (warna, bau, jumlah drainase dari luka dan sekeliling kulit)

    b. Bersihkan jaringan nekrotik (kolaborasi dengan dokter)

    c. Bilas dasar ulkus dengan cairan salin steril.

    d. Lindungi tepi luka yang sedang granulasi dari trauma.


    e. Tutup luka tekan dengan balutan steril sehingga dapat mempertahankan lingkungan di atas dasar ulkus tetap lembab (mis; balitan film, balutan kassa lembab).

    f. Hindari agen-agen yang dapat mengeringkan (lampu pemanas, cream magnesium).

    g. Pantau tanda-tanda klinis dari infeksi luka.

    7. Kunsulkan dengan perawat spesialis atau dokter untuk pengobatan luka tekan tahap IV.

    8. Rujuk ke agensi keperawatan komunitas jika diperlukan tambahan bantuan di rumah.


    Risiko kerusakan jaringan kulit


    Kriteria hasil

    Individu akan :

    1. Mengekspresikan hasrat untuk ikut serta dalam pencegahan luka tekan.


    2. Menggambarkan etiologi dan tindakan-tindakan pencegahan.

    3. Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.


    Intervensi

    1. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat ( + 2500 ml/hari, kecuali ada kontraindikasi). Periksa membran mukosa dalam mulut terhadap kelembaban dan periksa berat jenis urine.

    2. Tetapkan jadwal untuk pengosongan kandung kemih (mulai dengan setiap 2 jam). Jika individu mengalami kekacauan mental, tetapka bagaimana pola kontinens dan lakukan intervensi sebelum terjadi inkontinens. Jelaskan masalah kepada individu dan pastikan kerjasama untuk perencanaan.

    3. Apabila terjadi inkontinens, cuci perineum dengan cabun cair yang tidak merubah pH kulit dan oleskan pelindung untuk daerah perineal (pembersih).

    4. Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilitas gerak badan, bila mungkin.

    5. Ubah posisi atau instruksikan individu untuk berbalik atau mengangkat badan setiap 30 menit sampai 2 jam, tergantung pada faktor penyebab lain dan kemampuan kulit untuk pulih dari tekanan.

    6. frekwensi dari jadwal mengubah posisi tubuh harus ditingkatkan jika ada area yang memerah yang tampak tidak hilang dalam 1 jam.


    7. Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin untuk mengurangi kekuatan gesekan; batasi posisi fowler’s hanya 30 menit pada suatu waktu.

    8. Gunakan jumlah staf yang cukup untuk mengangkat pasien di tempat tidur atau kursi daripada menarik atau mendorong permukaan kulit.

    9. Instruksikan individu untuk mengangkat dirinya dengan menggunakan lengan kursi setiap 10 menit jika mungkin atau bantu individu bangkit dari kursi setiap 10-20 menit, tergantung pada faktor-faktor risiko yang ada.

    10. Amati adanya eritema dan kepucatan, dan lakukan palpasi untuk mengetahui adanya kehangatan dan jaringan seperti spon pada setiap perubahan posisi.

    11. Jangan gosok area kemerahan atau menggosok diatas tonjolan tulang.

    12. Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif; timbang individu setiap hari dan tentukan kadar albumin serum setiap minggu untuk memantau status.

    13. Instruksikan individu dan keluarga tentang teknik-teknik spesifik yang digunakan dirumah untuk mencegah ulkus akibat tekanan.


    Download askep LBP :


    AsuhanKeperawatan.com | Ziddu.com

    POSTINGAN PERAWAT BLOGGER

    selanjutnya ►►

    ILLEUS OBSTRUKSI

    illeus
    A. DEFINISI

    Obstruksi Illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. (Selvia A Price, Patologi)

    B. ETIOLOGI

    Penyebab terjadinya Obstruksi Illeus, antara lain :

     Kondisi traumatic, terutama setelah fraktur iga dan fraktur tulang belakang.


     Perlekatan karena pembedahan sebelumnya, sekitar 50 % terjadi pada usia pertengahan dan orang tua

     Tumor ganas

     Volvulus (usus yang terpelintir), paling sering terjadi pada pria tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid

     Hernia inguinalis atau femoralis

     Benda asing, sering terjadi pada bayi dan anak

     Kelainan konginetal


    C. TANDA DAN GEJALA

    Gejala – gejala penting dari obstruksi Illeus adalah :

     Nyeri daerah umbilicus


     Muntah, sering terjadi bila obstruksi pada usus halus bagian atas

     Konstipasi absolut dan peregangan abdomen

    D. PATOFISIOLOGI

    Volvulus yang menjadi penyebab obstruksi illeus secara progesif akan teregang oleh cairan dan gas akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 literr cairan diekskresi ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi mengakibatkan penimbunan di intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang, cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asiidosis metabolic. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permebialitas akibat nekrsosis, distensi absorbsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.


    E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Laboratorium

    Peningkatan kadar Haemoglobin (indikasi dari dehidrasi), leukositosis, peningkatan PCO2 / asidosis metabolik

    2. Rontgen abdomen

    3. Sigmoidescopy


    4. Colonoscopy

    5. Radiogram barium


    F. PENATALAKSANAAN

    1. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit

    2. Intubasi dan dekompresi untuk menghilangkan peregangan dan muntah

    3. Pembedahan


    G. PENGKAJIAN

    1. Identitas klien

    2. Aktifitas / istirahat


    Lemah, gelisah

    3. Sirkulasi

    Takikardia, berkeringat

    4. Eliminasi

    Perubahan warna urine dan feces, distensi abdomen

    5. Makanan / cairan

    Mual / muntah, nyeri epigastrium

    6. Nyeri / kenyamanan

    Adanya insisi pembedahan


    7. Pernafasan

    Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal

    8. Laboratorium

    Antara lain : Hb/Ht, leukosit, trombisit, elektrolit, AGD


    H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Pola nafas tidak efektif

    2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan

    3. Gangguan integritas kulit


    Download askep Illeus Obstruksi :


    AsuhanKeperawatan.com | Ziddu.com

    POSTINGAN PERAWAT BLOG

    selanjutnya ►►

    Rabu, 02 September 2009

    KANKER PAYUDARA ( Ca MAMMAE )


    A. PENGERTIAN CARSINOMA MAMMAE

    Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995)

    Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995). 



    B. ETIOLOGI

    Menurut C. J. H. Van de Velde


    1. Ca Payudara yang terdahulu

    Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan

    2. Keluarga

    Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.

    3. Kelainan payudara ( benigna )

    Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.

    4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain

    Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.

    5. Faktor endokrin dan reproduksi


    Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun

    Menarche kurang dari 12 tahun

    6. Obat anti konseptiva oral

    Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.

    C. GAMBARAN KLINIK

    Menurut William Godson III. M. D

    1. Tanda carsinoma

    Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips

    2. Gejala carsinoma


    Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.


    D. ANATOMI


    E. PATOFISIOLOGI

    Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel – sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )


    Masalah keperawatan :

    1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.

    2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan.

    3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik necrose jaringan.

    4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae.


    5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan

    6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi

    7. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan pengetahuan tentang carsinoma dan pengobatan.


    G. FOKUS PENGKAJIAN

    1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.

    a. Kaji tingkat nyeri dengan P. Q. R. S. T.

     Provoking : Penyebab

     Quality : Kwalitas

     Region : Lokasi


     Severate : Skala

     Time : Waktu

    b. Kaji efek nyeri pada individu dengan menggunakan individu dan keluarga

     Kinerja ( pekerjaan ) tanggung jawab peran

     Interaksi sosial

     Keuangan

     Aktifitas sehari – hari

     Kognitif / alam perasaan

     Unit keluarga ( respon anggota keluarga )


    2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan

    Hal yang dikaji :

    a. Identifikasi faktor penyebab kerusakan integritas

    b. Identifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan, kerusakan integritas

    c. Identifikasi tahap perkembangan

    C1 Tahap I : eritema yang tidak memutih dari kulit yang utuh

    C2 Tahap II : ulserasi pada epidermis atau dermis

    C3 Tahap III : ulserasi meliputi lemak kutan

    C4 Tahap IV : ulserasi meluas otot, telinga dan struktur penunjang


    3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfatik, necrose jaringan

    a. Kaji tanda radang

    b. Kaji intake

    c. Kaji pemberian obat dengan 5 benar ( waktu, obat, nama, dosis, cara)

    d. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Lekosit)

    4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae

    Hal yang dikaji :

    a. Kaji perasaan terhadap kehilangan dan perubahan mammae

    b. Kaji respon negatif verbal dan non verbal


    5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan

    Hal yang dikaji :

    a. Tingkat pendidikan

    b. Kemampuan dalam mempersepsikan status kesehatan

    c. Perilaku kesehatan yang tidak tepat

    6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi

    Hal yang dikaji :

    a. Kaji intake

    b. Pantau berat badannya


    c. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Gula darah )

    d. Kaji mual dan muntah

    7. Ansietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian tentang pengaobatan, perasaan putus asa dan tak berada, ketidak cukupan pengetahuan carsinoma dan pengobatan

    Hal yang dikaji :

    a. Kaji dan ukur tanda – tanda vital

    b. Kaji tingkat kecemasan, ringan, sedang, berat, panik

    c. Kaji tingkat pendidikan


    H. FOKUS INTERVENSI

    Fokus intervensi dari perawatan pasien dengan carsinoma mammae


    1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi, diseksi otot ( Danielle Gale, 1995; Doengos, 1993)

    Kriteria evaluasi :

    Pasien mengekspresikan penurunan nyeri

    Intervensi :

    Perhatikan lokasi nyeri, lamanya dan intensitasnya ( skala 1-10), perhatikan respon verbal dalam mengungkapkan nyeri, bantu pasien untuk posisi yang nyaman serta tindakan yang dapat memberi kenyamanan seperti masase punggung, dorong ambualasi dini dan teknik relaksasi, berikan obat sesuai pesanan.

    2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi adanya edema, destruksi jaringan ( Doengos, 1993)


    Kriteria evaluasi :

    Akan terjadi penyembuhan luka bebas drainase, purulen atau eritema

    Intervensi


    Obsrvasi balutan / luka setelah dilakukan perawatan luka, guna mengetahui karakteristik luka, drainase, quasi edema, kemerahan dan insisi pada mammae, tempatkan pada posisi semi fowler pada sisi puggung yang tidak sakit, injeksi dibagian yang tidak sakit, kosongkan drain secara periodik, catat jumlah dan karakteristik

    3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfalik karena diseksi nodus limfe aksilaris dan adanya drain pembedahan ( Danielle Gale, 1945)

    Kriteria evaluasi

    Tidak ada infeksi pada extremitas yang sakit dan atau pada daerah luka pembedahan

    Intervensi

    Observasi lengan yang sakit terhadap adanya tanda – tanda infeksi, observasi integritas kulit yang tertutup diatas dinding dada terhadap tanda dan gejala kemerahan, pembengkakan dan drainase, bau tidak sedap, serta warna kekuning – kuningan atau kehijau – hijauan, hindari penggunaan extremitas yang sakit untuk pemasangan infus, observasi daerah pemasangan drainase terhadap adanya tanda kemerahan, nyeri pembengkakan, atau adanya drainase purulenta, observasi kulit dan rawat kuku pada daerah yang sakit.

    4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran dari mastektomi segmental dan atau radiasi mammae ( Dainalle Galle, 1995)

    Kriteria evaluasi

    Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa carsinoma mammae, pengobatannya dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup, evaluasi perasaan pasien atas kehilangan mammae pada aktifitas sexual, hubungan dan citra tubuhnya, berikan kesempatan pasien terhadap rasa berduka atas kehilangan mammae, izinkan pasien mengungkapkan perasaan negatifnya.


    5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan ( Daianlle Galle, 1995)

    Kriteria evaluasi

    Pasien dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan akan pengobatan carsinoma , pasien mendiskusikan rasional dari pengobatan dan mengungkapkan tindakan – tindakan yang kemungkinan timbul dari efek samping

    Intervensi

    Observasi pengetahuan pasien / keluarga mengenai carsinoma mammae dan anjurkan pengobatannya , jelaskan patofisiologi dari carsinoma mammae, hindari janji – janji yang tidak mungkin, berikan informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai

    6. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan informasi dan pengobatannya ( Lynda Juall, 1993 )

    Kriteria evaluasi

    Pasien akan berbagi masalah mengenai diagnosa carsinoma

    Intervensi


    Berikan kesempatan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaan, lakukan kontak sering, berikan suasana ketenangan dan rileks, tunjukkan sikap yang tidak menilai dan mendengar penuh perhatian, dorong diskusi tentang carsinoma dan pengalaman orang lain

    7. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi ( Danielle galle, 1995 )

    Kriteria evaluasi

    Berat badan naik atau turun

    Intervensi

    Monitor untuk mekanan tiap hari, timbang badan tiap hari jika memungkinkan, jelaskan pentingnya nutrisi adekuat, observasi ulang makanan pantang dan kesukaan, manipulasi lingkungan yang nyaman, bersih, dan tak berbau, anjurkan makan porsi kecil dan sering, kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diet TKTP



    postingan perawat blogger

    selanjutnya ►►